Selasa, 06 Juni 2017

manten mantenan lirik

Manten Mantenan

Cak-Dikin_Wiwid-Widayati_8
Versi: cak Dikin ft. Wiwid
Pr:
Ojo nggoda lan dolan-dolanan,
Aku prawan ra gampang-gampangan..
Jowal-jawil ra atur-aturan,
Opo mbok anggep wong murah-murahan..
Lk:
Sopo sing nganggep wong murah-murahan,
Aku pengen mung konco-koncoan..
Sukur bage mung gelem-geleman,
Dibacutke terus pacar-pacaran..
reff:
Pr:
Kenalan aku sukur kenal-kenalan,
Tapi jangan tangannya kluyur-kluyuran..
Aku wanita ada harga-harganya,
Nanti tak kandakkan bapak-bapak saya..
Lk:
Ewadalah galaknya betul-betulan,
Yen marah kelihatan bener-beneran..
Kalau gitu aku gak coba-cobaan,
Apalagi berpikir kawin-kawinan..
Pr:
Yen pancen welas mung tenan-tenanan,
Wes ra perlu trus jajal-jajalan..
Lk:
Aku cinta ‘kan suci-sucian,
Moga bisa trus manten-mantenan..
reff:
Pr:
Ojo nggoda lan dolan-dolanan,
Aku prawan ra gampang-gampangan..
Jowal-jawil ra atur-aturan,
Opo mbok anggep wong murah-murahan..
Lk:
Sopo sing nganggep wong murah-murahan,
Aku pengen mung konco-koncoan..
Sukur bage mung gelem-geleman,
Dibacutke terus pacar-pacaran..
reff:
Pr:
Kenalan aku sukur kenal-kenalan,
Tapi jangan tangannya kluyur-kluyuran..
Aku wanita ada harga-harganya,
Nanti tak kandakkan bapak-bapak saya..
Lk:
Ewadalah galaknya betul-betulan,
Yen marah kelihatan bener-beneran..
Kalau gitu aku gak coba-cobaan,
Apalagi berpikir kawin-kawinan..
Pr:
Yen pancen welas mung tenan-tenanan,
Wes ra perlu trus jajal-jajalan..
Lk:
Aku cinta ‘kan suci-sucian,
Moga bisa trus manten-mantenan..
Ft:
Moga bisa trus manten-mantenan
—————–

Senin, 08 Mei 2017

Hai, Saya baru saja mengunduh WhatsApp Messenger di Android saya. Ini adalah aplikasi pesan di ponsel cerdas yang menggantikan SMS. Dengan WhatsApp, dapatkan aplikasi perpesanan dan panggilan yang cepat, sederhana, dan aman, tersedia untuk telepon di seluruh dunia. WhatsApp tersedia untuk Android, iPhone, dan Windows Phone, dan menggunakan koneksi Internet telepon Anda untuk mengirim pesan agar Anda dapat menghindari biaya SMS. Dapatkan sekarang dari https://www.whatsapp.com/download/.

Sabtu, 15 April 2017

sejarah ebeg

ejarah Ebeg
Ebeg adalah tarian yang menggambarkan latihan perang prajurit Mataram ketika melawan Belanda. Latihan perang yang dilakukan prajurit Kasunanan setiap Sabtu itu kemudian dimodifikasi oleh seniman untuk mengobarkan semangat perlawan rakyat. Tarian yang demikian agresif dan gagah itu dipentaskan untuk membumbungkan optimisme rakyat supaya tetap semangat melawan penjajah. Stigma kuno yang dilekatkan pada tari ebeg dapat diidentifikasi karena tiga hal. Pertama, sejak dicipta pada masa kekuasaan Mataram dan diwariskan hingga saat ini tari ebeg tidak mengalami perubahan yang bermakna. Kedua, nuansa magis yang dibangun dengan menghadirkan roh saat wuru’ mengesankan lekatnya animisme yang dianut masyarakat Jawa kuno. Ketiga, semangat memerangi penjajah sudah tidak relevan dengan semangat juang saat ini. Ebeg adalah jenis tarian rakyat yang berkembang di wilayah (Purbalingga,Banyumas,cilacap,kebumen). Pada daerah lain kesenian ini dikenal dengan nama kuda lumping atau jaran kepang, ada juga yang menamakannya jathilan (Yogyakarta) juga reog (Jawa Timur). Tarian ini menggunakan “ebeg” yaitu anyaman bambu yang dibentuk menyerupai kuda berwarna hitam atau putih dan diberi kerincingan.
2.      Atribut dan Perlengkapan Ebeg
Atribut yang dikenakan Penarinya berupa celana panjang dilapisi kain batik sebatas lutut dan berkacamata hitam(sebagian ada yang tidak berkaca mata), mengenakan mahkota dan sumping ditelinganya. Pada kedua pergelangan tangan dan kaki dipasangi gelang-gelang kerincingan sehingga gerakan tangan dan kaki penari ebeg selalu dibarengi dengan bunyi kerincingan.

Gambar 1 Penari Ebeg dan Atribut yang Digunakan

Jumlah penari ebeg 8 oarang atau lebih, dua orang berperan sebagai penthul-tembem, seorang berperan sebagai pemimpin atau dalang, 7 orang lagi sebagai penabuh gamelan, jadi satu grup ebeg bisa beranggotakan 16 orang atau lebih. Semua penari menggunakan alat bantu ebeg sedangkan penthul-tembem memakai topeng.
3.      Peralatan Pengiring
Peralatan untuk Gendhing pengiring yang dipergunakan antara lain kendang, saron, kenong, gong dan terompet. Selain peralatan Gendhing dan tari, ada juga ubarampe (sesaji) yang mesti disediakan berupa : bunga-bungaan, pisang raja dan pisang mas, kelapa muda,jajanan pasar,dll. Untuk mengiringi tarian ini selalu digunakan lagu-lagu irama Banyumasan seperti ricik-ricik, gudril, blendrong, lung gadung,( crebonan), dan lain-lain.
4.      Pagelaran Tarian Ebeg
Tarian ebeg termasuk jenis tari massal, tarian ini memakan waktu kurang lebih 4-5 jam, pertunjukannya memerlukan tempat pagelaran yang cukup luas seperti lapangan atau pelataran/halaman rumah yang cukup luas.
gbr.2
Gambar 2 Adegan Pemain yang Mengalami”wuru” Kesurupan

Keunikan tarian ebeg disaat pagelaran adalah saat para pemain mengalami trans (kerasukan/mendem) para pemainnya biasa memakan pecahan kaca (beling) atau barang tajam lainnya, mengupas kelapa dengan gigi, makan padi dari tangkainya, dhedek (katul), bara api, dll. sehingga menunjukkan kekuatannya Satria, demikian pula pemain yang manaiki kuda kepang menggambarkan kegagahan prajurit berkuda dengan segala atraksinya.
Biasanya dalam pertunjukan ebeg dilengkapi dengan atraksi barongan, penthul dan cepet. Dalam pertunjukannya, ebeg diiringi oleh gamelan yang lazim disebut bendhe.
5.      Perkembangan Tari Ebeg
Kesenian ebeg adalah kesenian yang sangat terkenal di daerah Banyumas dan Jawa Tengah pada umumnya, kesenian ebeg atau kuda lumping atau jathilan ini memang sebuah kebudayaan yang perlu dirawat dan dijaga kelestariannya. Beberapa tahun belakangan ini ebeg sudah sangat jarang ditampilkan di acara-acara seperti hajatan di kampung2. Keberadaannya seperti tertelan jaman.
Tapi beberapa waktu belakangan ini, kesenian yang terkenal dengan atraksi pemanggilan arwah atau lebih dikenal dengan nama ‘indang’ ini kembali marak.
gbr.3
Gambar 3 Penonton yang Mengalami”wuru” Kesurupan

kemunculannya kembali seni ebeg ini memberikan sebuah fenomena baru, terlihat seni ebeg sudah sedikit kehilangan gregetnya  karena sekarang banyak dan sering terjadi para penonton yang ‘wuru’ atau kesurupan indang.
Bahkan banyaknya penonton yang ‘wuru’ membuat atraksi kesenian ini menjadi tidak menghibur lagi, karna kebanyakan dari mereka yang ‘wuru’ adalah penonton yang kebanyakan berusia remaja berkisar belasan tahun.
Kebanyakan dari mereka memang memiliki indang atau dengan kata lain mereka dapat dirasuki oleh arwah,yang membuat mereka mudah sekali ‘wuru’ dan kerasukan indang.
Kalau dulu ‘indang’ hanya dimiliki oleh mereka para pemain ebeg yang memang sebelumnya melakukan ritual dan rialat atau bertapa untuk dapat memiliki indang. Tapi sekarang fenomena yang terjadi adalah maraknya para remaja belasan tahun yang memiliki indang,dan biasanya mereka memang bukan pemain ebeg resmi. Namun  hanya sebatas indang2 ringan seperti indang Baladewaan,yaitu indang yang membuat orang yang dirasuki menjadi luwes menari.