Selama berabad-abad tiga agama Ibrahim; Yahudi, Kristen dan Islam mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang sosok
Nabi Isa as, dalam berbagai bidang dan sisi kehidupannya.
Penyaliban adalah peristiwa yang paling kontroversial dalam kehidupan
Yesus/Nabi Isa
as. Catatan-catatan tentang Penyaliban berbeda satu sama lain diantara
agama-agama Ibrahim tersebut. Apa yang terjadi pada saat proses
Penyaliban, dan peristiwa-peristiwa yang mengikutinya setelah itu, telah
membuat orang terpecah belah, yang seringkali pahit, sejak abad
pertama.
Pandangan Yahudi
Pandangan Yahudi di zaman Yesus sederhana; Yesus telah dijatuhi hukuman
mati di atas kayu salib dan telah berhasil dieksekusi oleh pasukan
Romawi, sehingga batal-lah pesan ke-almasihan-nya. Ia adalah Almasih
yang palsu dan bukan sosok yang mereka tunggu. Di zaman ketika
pemberontakan kaum Yahudi sering dipatahkan oleh orang-orang Romawi
[misalnya Aquaduct Riots di awal pemerintahan Pontius Pilatus], Yesus
menjadi sosok yang lain.
Sampai hari ini orang-orang Yahudi masih menunggu kedatangan Almasih
mereka. Sebuah simbol yang paling nyata dari penderitaan mereka adalah
doa umum yang selalu dipanjatkan di Tembok Ratapan, yang dianggap bagian
dari Bukit Bait Suci Kedua (Second Temple Mount) yang dibangun kembali
oleh Herodes yang Agung di Yerusalem. Dinding tersebut telah diberi nama
berdasarkan laporan dari abad ke 19 oleh para wisatawan Eropa yang
sering menyebut tembok tersebut sebagai 'tempat meratap orang-orang
Yahudi'. 1 Tempat ini juga disebut sebagai tempat dimana orang-orang
Yahudi datang untuk meratapi kehancuran Bait Suci Kedua, yang terjadi
sekitar 70 Masehi. Lebih dari 3000 tahun setelah Musa, orang-orang
Yahudi masih belum menerima kebenaran Almasih, meskipun beberapa
minoritas kelompok Yahudi telah menerima Yesus sebagai Almasih mereka.
Pandangan Kristen
Ayat Alkitab berikut menunjukkan arti pentingnya Penyaliban dan
Kebangkitan dalam teologi Kristen; ayat ini diambil dari salah satu
surat Paulus yang ada dalam Perjanjian Baru:
"Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu."2
Keyakinan umat Kristiani terhadap Penyaliban adalah melalui kematian dan
kebangkitan Yesus umat manusia telah diselamatkan dari Dosa Warisan
Adam dan Hawa. Inilah aspek utama dari Doktrin Penebusan Dosa, pokok
keyakinan umat Kristen. Dalam film dokumenter BBC 'Did Jesus Die?" Friar
Jerome Murphu O'Connor menekankan pentingnya Penyaliban dan
Kebangkitan. Ia mengatakan tentang Kebangkitan:
"..hal yang sangat fundamental bagi iman Kristiani dan saya tidak meragukannya dan akan selalu seperti itu..." 3
Pandangan Islam
Abad ke-7 Masehi, saat Islam muncul di Semenanjung Arab, kedudukan Nabi
Isa as menjadi sosok yang ditekankan dan banyak diulang di dalam
Al-Qur'an. Kita jumpai terdapat 25 kali penyebutan tentang Nabi Isa as
dan salah satu Surah Al-Qur'an telah didedikasikan untuk ibunda beliau,
Siti Maryam (Surah 19 - Surah Maryam)
Berkaitan dengan Penyaliban, ayat-ayat Al-Qur'an tegas menolak tentang
kematian Nabi Isa diatas kayu salib. Walaupun ayat ini telah ditafsirkan
secara berbeda-beda. Pada umumnya pandangan Islam adalah meyakini bahwa
Nabi Isa tidak dinaikkan di tiang salib melainkan diangkat ke langit
dan orang lain menggantikannya di tiang salib - ini hanyalah salah satu
dari berbagai pandangan tentang peristiwa tersebut.
Al-Qur'an menjelaskan tentang Penyaliban ini bahwa bahwa orang-orang Yahudi tidaklah membunuh Nabi Isa as.
"Dan ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa Ibnu
Maryam, Rasul Allah swt.,” padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak
pula mematikannya di atas salib, akan tetapi ia disamarkan kepada
mereka. Dan, sesungguhnya orang-orang yang berselisih dalam hal ini
niscaya ada dalam keraguan tentang ini; mereka tidak mempunyai
pengetahuan yang pasti tentang ini melainkan menuruti dugaan; dan mereka
tidak membunuhnya dengan yakin. (Q.S 4:157)
Tetapi ayat ini telah ditafsirkan dalam dua versi yang yang sangat berbeda:
"Tetapi, Allah telah mengangkat 'Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S 4:158)
Kalangan Islam pada umumnya berpandangan bahwa tubuh Nabi Isa as telah
diangkat ke langit. Sedangkan ulama lainnya menafsirkan bahwa Allah
telah memuliakan Nabi Isa as dalam hal kedudukannya, dengan
menyelamatkannya dari kematian terkutuk di tiang salib.
Selamatnya Nabi Isa dari Penyaliban
Adalah Pandangan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad yang mengatakan bahwa Nabi
Isa tidak mati saat Penyaliban, tetapi ia selamat dari percobaan
tersebut. Ketika kita membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan pengertian ini
kita akan menemukan arti yang lebih rasional dan jauh dari pemahaman
supranatural. Begitu juga dengan penafsiran ini kitapun juga bisa
mencocokkan riwayat Al-Qur'an dan Alkitab dan nampak keduanya
menunjukkan kisah yang sama.
Pandangan tentang Nabi Isa selamat dari Penyaliban bukanlah yang baru. Dalam dunia ilmiah pandangan ini dikenal dengan
the Swoon Theory
yang sudah dikenal di kalangan ilmiah sejak 1780. Di zaman modern
sekarang, ide ini telah mendapatkan penerimaan dan cakupan yang lebih
luas di kalangan akademisi, dokumenter dan film.
Professor Elain Pagels, Profesor Agama di Universitas Princeton, berkomentar tentang teori ini, ia menyatakan:
"Ada banyak versi dari cerita ini, salah satunya terdapat di dalam
sebuah buku tahun lalu The Passover Plot yang menunjukkan bahwa Yesus
telah dibius (diberi obat penenang) di kayu salib, sehingga ia
diturunkan lebih awal dan karena itulah ia bisa selamat, tentu saja ini
adalah sebuah kemungkinan." 4
Ini adalah satu-satunya pandangan yang berdasarkan Al-Qur'an dan Alkitab
yang keduanya mungkin saja benar dalam riwayat tentang peristiwa
penyaliban. Terdapat banyak petunjuk dalam Perjanjian Baru bahwa Yesus
selamat dari Penyaliban (Muslim Herald, Edisi Khusus, vol. 18, No. 6,
Juni 1978)
Dalam dokumenter BBC yang sama, Dr James Tabor, Ketua Depertemen Studi
Agama di Universitas North Carolina, menjelaskan lebih dalam tentang
peristiwa yang terjadi 2000 tahun yang lalu.
"Ketika kalian memperhatikan kisah Yesus dan bagaimana beliau dieksekusi
oleh pasukan Romawi, beliau berada di tiang salib selama enam jam,
asumsinya adalah ia sudah mati. Para prajurit Romawi memerika tubuh
beliau. Ada dua orang lainnya yang disalibkan, yang sesuai dengan kisah
Injil mereka kemudian dipatahkan kakinya untuk mempercepat kematian
mereka, karena akan memasuki hari sabat. Saat mereka menghampiri Yesus
mereka menyatakan beliau telah mati. Hal itu nampaknya karena tubuh
beliau sudah tidak bergerak lagi dan sudah berhenti bernafas. Mereka
kemudian mengurus tubuhnya dan menempatkannya di dalam kubur dan
diperkirakan semua tertutup, dan untuk tujuan praktis beliau sudah mati -
pertanyaanya adalah, apakah beliau sudah mati secara klinis?
Dr Tabor selanjutnya menjelaskan bahwa terjemahan yang lebih baik untuk
Resurrection (kebangkitan) adalah '
resusciatation' (Penyadaran kembali). Ia lebih lanjut menjelaskan hal ini dengan mengatakan:
"Kami memiliki cerita-cerita, baik di dunia modern ataupun dunia kuno,
tentang orang-orang yang tampak mati dan untuk penjelasan praktisnya
memang telah mati - yaitu mereka sudah tidak merespon lagi dunia luar -
tetapi pada kenyataannya kemudian mereka bangkit kembali. Kami
menyebutnya ini sebagai proses resusitasi, tetapi jika Anda ingin
membahasakannya maka hal itu akan disebut 'Resurrection' (kebangkitan)."
Perlu dijelaskan disini bahwa Dr James Tabor sendiri tidak memiliki
keyakinan bahwa Nabi Isa as selamat dari Penyaliban. Dr Tabor
menjelaskan hal ini di dalam bukunya, The Jesus Dynasty, dan di dalam
korespondensi pribadinya, bahwa keyakinannya adalah Nabi Isa as mati
diatas tiang salib bukan selamat dari Salib.
"Ada yang mengatakan bahwa Yesus kemungkinan belum mati secara klinis,
tetapi ia telah mengalami beberapa keadaan koma dan kemudian ia pulih...
Saya pikir kita tidak perlu meragukan lagi bahwa dengan di eksekusinya
Yesus melalui Penyaliban oleh tentara Romawi, ia benar-benar telah
mati." 5
Hal ini nampaknya berkaitan dengan penelitian Dr Tabor yang
dipublikasikan secara internasional, 1st Century tomb in Jerusalem yang
dikenal sebagai Makam Talpiot dan lebih populer sebagai 'The Jesus
Family Tomb'. Komentar di makam ini berada diluar lingkup artikel ini.
Teolog lain yang menulis tentang pendapat ini adalah seorang ilmuwan
Jerman Holger Kresten. Kersten terkenal karena bukunya The Jesus
Conspiracy yang berani mengatakan bahwa Kain Kafan dari Turin adalah
bukti nyata bahwa Nabi Isa as tidak mati di tiang salib dan penentuan
berapa umur kain kafan tersebut sengaja telah disabotase oleh Gereja
Katolik untuk menutupi fakta ini. Materi ini akan dibahas di artikel
mendatang, tetapi beberapa penelitian Kersten tentang Penyaliban ini
cukup bernilai disini.
Kersten menyoroti beberapa faktor menarik dari peristiwa Penyaliban yang
mendukung pendapat bahwa Nabi Isa as telah selamat. Salah satu bagian
dari analisa yang dilakukan oleh Holger Kersten, bersama dengan rekan
penulisnya Elmar R. Gruber adalah berfokus pada penjelasan tentang
Penguburan Nabi Isa as dan ruangan makam Nabi Isa. Kersten dan Gruber
mengutip Injil untuk mendukung tesis mereka; bahwa Penguburan Nabi Isa
as tidak pernah sampai selesai.
"Yesus tidak diletakkan di dalam ruangan dalam posisi memotong tegak
lurus dengan dinding batu makam. Tetapi diletakkan diatas permukaan batu
atau balkon terbuka. Pada pagi hari 'kebangkitan', Maria Magdalena
melihat 'malaikat berpakatian putih, yang mana mereka disebutkan 'yang
seorang duduk di sebelah kepala' dan yang lain di sebelah kaki, ditempat
tubuh Yesus terbaring' (Yohanes 20:12). Yesus tidak ditempatkan
membujur keatas, karena jika demikian, tidak ada yang bisa duduk dapat
duduk di sebelah kepala...
...Yohanes mengatakan bahwa murid setia Yesus berlari kearah kuburan
(20:5) dan menjenguk ke dalam dan melihat kain kafan terletak di tanah.
Maria Magdalena 'menjenguk ke dalam dan melihat ke kuburan' (20:11), dan
melihat dua 'malaikat disamping Yesus terbaring... penjelasan ini
mendukung asumsi kami bahwa penguburan Yesus belum selesai. Jika ia
sudah terbaring, tempat tersebut tidak akan terlihat lagi dari pintu
masuk makam. 6
Setelah itu, Kersten dan Gruber menguraikan penjelasan tentang ratusan
kilogram gaharu dan mur yang digunakan pada tubuh Yesus yang dibawa oleh
Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus. Mereka membahas tentang sifat medis
ramuan tersebut, dimana hal itu telah dibahas secara detail oleh Hadhrat
Mirza Ghulam Ahmad di dalam bukunya 'Masih Hindustan Me (Almasih di
Hindustan). Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad menjelaskan bagaimana herbal
tersebut digunakan untuk menghasilkan salap khusus yang kemudian disebut
Marham Isa.
Pendapat Ulama Islam tentang Penyaliban
Dua ulama modern yang mendukung 'teori pingsan' (The Swoon Theory) ini
adalah Ahmed Deedat dan Shabir Ally. Kedua ulama ini tidak mendukung
klaim Jamaah Muslim Ahmadiyah dan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, tetapi
mereka berdua dengan tegas mendukung pandangan bahwa Nabi Isa as selamat
dari penyaliban, hal yang bertentangan dengan Islam ortodok pada
umumnya.
Ahmed Dedaat menulis sebuah buku yang berjudul. Crucifixion or
Cruci-fiction, dimana pandangan mendukung bahwa Nabi Isa as tidak mati
di tiang salib, melainkan beliau selamat dari Penyaliban. Deedat
menjelaskan argumen-argumen umum yang disajikan untuk mendukung teori
pingsan (seperti waktu yang singkat proses Penyaliban, Tanda Nabi Yunus
as, dan Nabi Isa as makan dan minum setelah penyaliban). Selain itu
Deedat juga merangkum koleksi cerita-cerita unik dari berbagai media
tentang orang-orang yang memiliki pengalaman seperti peristiwa
kebangkitan:
- Gadis kecil yang 'telah mati' bercerita bagaimana ia hidup kembali (seletelah 4 hari) - ("Daily News" 15/11/55)
- Seorang pria yang telah mati selama dua jam ternyata masih hidup -
"keajaiban" yang mengherankan para dokter - (Sunday Tribune, 27/3/60)
- Ia telah mati selama 4 menit - jantungnya telah berhenti tetapi ia masih hidup - (Sunday Express, 23/7/61)
- Dia tidak tahu kalau ia telah meninggal selama 90 detik - (Cape Argus, 16/3/61)
- Dr. Hitge kembali dari kematian - (Cape Argus, 4/5/61)
- Peti mati perpindah - Seorang pemuda tidak jadi dikubur hidup-hidup - (Sunday Tribune, 13/5/62)
- Kembali dari kematian - setelah disangka mati selama 2 hari - (Post, 25/7/65)
- "Mayat" mengedipkan matanya pada pengurus pemakaman - dokter menulis sertifikat kematian - (Daily News, 25/3/75)
- "Secara klinis telah mati" - seorang balita hidup kembali setelah satu jam perjuangan hidup - (Natal Mercury, 5/12/82)
- Apakah dia mati atau hidup? Dilema yang dihadapi dokter transplantasi (Sunday Tribune, 17/7/83)
- Berguncang dan bangkit - Dinyatakan mati secara klinis 'karena terlalu banyak minuman keras Natal - (Daily News, 3/1/84) 7
Ahmed Deedat sangat disegani dalam berbagai dialog Kristen-Islam dan
debat publik. Gayanya yang tanpa kompromi membuatnya banyak pendukung
dari berbagai sekolah pemikiran Islam dan juga dari para lawan.
Memiliki pandangan yang tampaknya mendukung Ahmadiyah tentu akan menarik
perhatian dan kritik dari Muslim dan Kristen lainnya. Salah satu kritik
tersebut adalah dari Mohammed Bana dari Afrika Selatan:
"Deedat gemar memberikan kuliah tentang denominasi lain, tetapi sangat
jarang tentang Islam. Dia tampaknya memiliki satu pandangan khusus yaitu
tentang Penyaliban Yesus. Dalam kuliah-kuliahnya ia hampir tidak
memberikan pandangan dari sudut pandang Islam, ataupun sudut pandang
Kristen, sehingga membingungkan para pendengarnya. Saya yakin ia suka
menyenangkan kelompok Qadiani di negeri ini dengan sebagian besar
memberikan pandangan mereka bahwa Yesus, setelah dinaikkan di tiang
salib, kemudian pingsan. Sekarang mengapa Deedat memberitahu
pendengarnya bahwa Yesus pingsan setelah disalibkan, karena tidak
satupun di dalam Al-Qur'an disebutkan tentang Yesus disalibkan dan
pingsan. Hanya Deedat yang dapat menjelaskan kepada kita apakah dia
tengah berkotbah tentang doktrin Kristen, doktrin Islam atau doktrin
Qadiani. 8
Kritikan lainnya berasal dari John Gilchrist, seorang apologis Kristen
dan salah satu penulis dari situs 'Answering Islam'. Gilchrist menulis:
"Kami tak pernah berhenti bertanya-tanya mengapa Ahmed Deedat terus
mengangkat isu teori bahwa Yesus memang telah disalibkan tetapi selamat
dari kematian salib. Keheranan kami muncul dari dua pertimbangan. Disatu
sisi sisi pandangan ini hanya dipegang oleh aliran sesat sekte Islam
Ahmadiyah dan mereka dikecam oleh Kristen maupun Islam. 9
Shabir Ally adalah Presiden Islamic Information and Dawah International
Centre yang berpusat di Toronto, Kanada. Shabir Ally mendapatkan gelar
BA dan MA dalam studi Agama dan saat ini sedang mengejar gelar PhD serta
menjadi Imam dan pembawa acara TV mingguan berjudul 'Biarkan Al-Qur'an
Bicara' (Let the Qur'an Speak)
Di awal-awal debat-debat dengan banyak sarjana Kristen yang terkenal,
Shabir Ally memposisikan diri dengan berpendapat bahwa Nabi Isa as tidak
pernah dinaikkan di tiang salib, melainkan orang lain menggantikannya
di tiang salib. Belakangan, dalam debat-debat publiknya, Shabir telah
mengubah pendekatannya dengan posisi mendukung pandangan Ahmadiyah bahwa
Nabi Isa as telah selamat dari Penyaliban.
Bagi pihak Kristen, ini adalah titik serangan mereka melawan Ally:
mengapa ulama tersebut mendukung pandangan yang dimiliki oleh sekte yang
dianggap sesat oleh Muslim ortodoks? Dalam sesi tanya jawab setelah
pembicaraan di Universitas Toronto, seorang kristen apologis, Tony Costa
Junior, mengajukan keberatan ini terhadap Ally. Meskipun Shabir
menjelaskan bahwa ia percaya dengan selamatnya Nabi Isa di tiang salib,
tetapi menolak klaim Ahmadiyah bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad telah
menggenapi nubuatan tentang kedatangan Almasih kedua kali, ia secara
terbuka mengakui:
"Saya telah melihat berbagai penjelasan yang umumnya diikuti oleh Muslim
Sunni, bahwa ada orang lain yang telah menggantikan Nabi Isa as di kayu
salib, dan saya telah menyaksikan bahwa meskipun terdapat berbagai
macam penjelasan, para komentator tidak sependapat khususnya tentang apa
yang sebenarnya terjadi pada saat itu dan bagaimana pergantian tersebut
dilakukan. Dan tampaknya mereka mengikuti pendapat yang berasal dari
Irak, menurut sebuah analisa yang baik oleh seorang Neal Robinson, yang
sekarang telah menjadi Muslim, dalam bukunya Kristus Dalam Islam dan
Kristen... Terdapat rencana untuk membunuh Nabi Isa as tetapi mereka
tidak berhasil membunuhnya dan tidak pula menyalibkannya, menyalibkannya
dalam arti membunuhnya melalui penyaliban. Itu adalah definisi yang
telah dijelaskan dalam Tafsirul-Qur'an oleh Abdul Majid Daryabadi, yang
merupakan Tafsir Al-Qur'an Sunni. Jadi saya tetap dalam posisi saya dan
tidak mengubahnya, tetapi itu hanya penafsiran.
Dalam korespondensi saya pribadi dengan Shabir Ally, ia menjelaskan kepada saya pandangannya dalam kalimat berikut:
"Dalam pandangan Sunni, akhir dari Nabi Isa as adalah misteri. Tafsir
umum dari Al-Qur'an 4:157 hampir semuanya menafsirkan bahwa orang lain
yang disalibkan. Tetapi beberapa penafsir modern bersedia menerima bahwa
yang dimaksudkan sebenarnya adalah Nabi Isa as tidak mati di tiang
salib. Dan sepertinya menurut saya pendekatan terakhir lebih benar."
Setelah mengatakan itu ia dengan dengan cepat menambahkan:
"Tahun lalu saya telah membaca buku Yesus Wafat di Kashmir dan yang
terbaru adalah buku Yesus di India. Saya harus mengatakan bahwa saya
tidak menemukan hal yang meyakinkan. Bagi saya Keyakinan bahwa Nabi Isa
as selamat dari tiang salib tidak berarti bahwa ia melakukan perjalanan
ke luar Palestina. Saya tidak tahu apa yang akhirnya terjadi pada sosok
Nabi Isa as."
Meskipun secara terbuka ia menjauhkan diri dari pendapat Muslim
Ahmadiyah dan Mirza Ghulam Ahmad, Shabir Ally telah menyatakan bahwa
posisinya tentang Penyaliban adalah sesuai dengan pandangan yang
diungkapkan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan diyakini oleh para
Ahmadi Muslim.
Nubuatan 'Mematahkan Salib' di Akhir Zaman
Simbolisme Penyaliban, khususnya 'Salib' menarik disebutkan secara
khusus dalam tradisi Islam dalam kaitannya dengan kedatangan Almasih
kedua kali. Di dalam Sahih Bukhari beberapa kali disebutkan bahwa Nabi
Isa yang akan datang akan memecahkan Salib:
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah: Rasulullah saw bersabda: "..akan
semakin dekat waktu turunnya kepada kalian Isa bin Maryam sebagai
pemimpin yang adil, dia akan menghancurkan salib, membunuh babi,
menghapus upeti, dan hartapun semakin berlimpah, hingga tidak ada
seorangpun yang mau menerimanya (sebagai penerima zakat)" 10
Penafsir Islam umumnya menyatakan bawha nubuatan ini dimaknai secara
literal, yaitu memecahkan semua salib dalam arti sebenarnya. Khalifah
Ahmadiyah IV, Mirza Tahir Ahmad, menjelaskan pandangan lain, yang jika
ditafsirkan seperti itu akan terdapat kejanggalan.
"Ia akan mulai meluncurkan kampanye melawan Kristen. Strateginya adalah
dengan mematahkan setiap salib di dunia, yaitu benda apapun yang
berbentuk salib. Ia akan mendatangi setiap katedral, setiap biara, tiap
gereja dan kuil dan pertapaan Kristen. Ia akan menyusuri setiap jalan di
tiap kota dan memperhatikan setiap orang yang lewat untuk mencari
salib.
Wanita mungkin akan menjadi sasaran utama pengawasan karena ia akan
menyadari kebiasaan mereka yang jelek yang memiliki ukiran salib pada
perhiasan dan ornamen mereka. Ia juga mengawasi mereka yang juga memakai
kalung salib yang menggantung di leher mereka. Sehingga ia akan merebut
semua kalung, gelang, liontin dan anting-anting yang bertanda salib.
Malang benar para wanita yang lewat di depan Yesus tersebut, tetapi
kemana mereka bisa bersembunyi?
Sosok tersebut akan memasuki setiap rumah, mencari ke laci-laci lemari
dan kotak perhiasan. Setiap dinding dan sudut rumah akan dia perhatikan.
Salib harus dihancurkan dan dimusnahkan dari muka bumi ini. Ia tidak
akan mati Sebelum tugas ini selesai. Inilah pandangan ortodoksi Muslim
tetang misi Nabi Isa as jika ia kembali ke bumi ini. 11
Penjelasan tentang maksud sebenarnya dari permisalan ini telah
dijelaskan secara rinci oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan penggenapan
dari nubuatan ini sangat jelas nampak dalam kehidupan kita.
Beliau menjelaskan tentang "Mematahkan Salib:
"Hadits ini tidak berarti bahwa Nabi Isa yang dijanjikan akan membunuh
orang-orang kafir dan mematahkan salib; melainkan, mematahkan salib itu
maksudnya adalah pada masa tersebut Tuhan langit dan Bumi, akan
menzahirkan hakikat tersembunyi, yang dengan itu seluruh struktur salib
hancur seketika.
...Sesuai dengan janji itu ia muncul sebagai Almasih yang dijanjikan.
Kemudian tibalah saat untuk menghancurkan salib, yaitu masa dimana
kesalahan-kesalahan akidah salib akan disibakkan seperti sepotong kayu
dipatahkan menjadi dua. Jadi sekarang Langit telah membukakan jalan bagi
penghancuran Salib, sehingga para pencari kebenaran dapat bangkit dan
mencari. 12
Kesimpulan
Di zaman modern ini adalah eranya komunikasi digital satelit dan
internet serta kebebasan beragama telah menyebar dengan luas, doktrin
Penyaliban dan 'akidah Salib' telah banyak dipertanyakan yang mana belum
pernah terjadi sebelumnya. Banyak stasiun televisi yang menampilkan
dokumenter dan film yang menyajikan bukti-bukti dimana keyakinan kaum
Kristiani tentang Penyaliban dan Kebangkitan adalah keliru.
Yang terbaru adalah film dokumenter yang berjudul 'Jesus in India' yang
diproduksi dan disutradarai oleh Paul Davids. Film yang berfokus pada
pertanyaan tentang dimana Nabi Isa as menghabiskan kehidupannya antara
usia 12 dan 30 tahun, jejak investigasi membawa sang eksplorer film
Edward T Martin ke India dan akhirnya sampai ke makan Rozabal di
Kashmir. Film ini juga mengeksplorasi pandangan-pandangan tentang
selamatnya Yesus dari proses Penyaliban.
Setelah hampir 2000 tahun diliputi kebingungan dan misteri tentang
penyaliban kehidupan Nabi Isa as, muncullah penjelasan dan analisa rinci
yang disampaikan oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Menggabungkan wahyu
Ilahi dan ilmu pengetahuan, kajian dari berbagai agama dan budaya,
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad telah meletakkan titik terang terhadap
peristiwa ini. Buku beliau Masih Hindustan Me (Jesus in India) telah
meletakkan dasar-dasar penelitian yang membawa pada tahap saat ini,
memerika bukti-bukti seputar perjalanan Nabi Isa as ke India. Tulisan
ini telah diakui oleh para cendikiawan sebagai teks pertama yang
menghubungkan kehidupan Nabi Isa di Palestina dan selamatnya beliau di
tiang salib dengan perjalanan Nabi Isa ke Timur sampai akhirnya
dimakamkan di Srinagar, Kashmir.
Masih banyak perdebatan seputar permasalahan ini, tetapi kami melihat
bahwa karya ilmiah dari seorang yang berasal dari desa kecil di India
kini telah menjangkau khalayak masyarakat di seluruh dunia, dan
orang-orang yang menentang Ahmadiyahpun kini mulai mengakui kebenaran
beberapa keyakinan dan pernyataan berani yang sangat kontroversial
tersebut sampai saat ini.
Menghilangkan kegelapan dan kebingungan seputar Nabi Isa as telah
dirangkum oleh Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dengan mengatakan dalam
bukunya Jesus in India:
"Akan tetapi sekarang, kegelapan tidak akan ada lagi. Malam telah
berlalu dan berganti siang. Beberkatlah dia yang sekarang tidak luput
lagi.
Referensi:
1. Modern Jerusalem, City of the Great King, James Turner Barclay, (1858), Challen, pp 493.
2. Bible, 1 Corinthians 15:14
3. ‘Did Jesus Die?’, BBC4/ Wild Planet Productions.
4. ibid.
5. The Jesus Dynasty Dr. James Tabor, Harper Element, London 2006, pp.203.
6. Jesus lived in India, Holger Kersten, Element Books, London 1991, pp.166–167
7. Crucifixion of Crucifiction, Ahmed Deedat, Islamic Book Services, 2001, Chapter 9 – ‘Ressurections Daily!”
8. Mohammed Bana, Allegations Confirmed, p.3.
9. The Crucifixion of Christ: A Fact, not Fiction, John Gilchrist, p.9
10. Sahih Bukhari, Volume 3, Book 43, Number 656, 3:23:425 and 4:55:657 and Sunan Abu Dawud (book 37, number 4310)
11. Revelation, Rationality, Knowledge and Truth, Hadhrat Mirza Tahir
Ahmad(ru), Islam International Publications Ltd, Tilford 1998, Part 7,
Section 3.
12. Jesus in India, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad(as), Islam International Publications Ltd, Tilford 1989.
13. Official website: http://www.jesus–in–india–the–movie.com