suasana
sangat suram. seperti matahari tertutup mendung. seolah sangat sunyi
tak ada sama sekali suara mahluk berkutik. suasana inilah yang menjadi
perbawa di negeri trajutisna dan suroteleng.
saat itu raja trajutisna prabu sitidja alias boma narakasura merasa
sangat sedih dan kecewa. karena istrinya Dewi Hagnyawanawati atau dei
Mustikawati tak mau melayaninya sebagai suami. malah sang istri mabok
kepayang dengan saudaranya sendiri yaitu raden samba wisnubrata.
susana sangat suram menyelimuti paseban agung. sang raja prabu sitidja
cuma diam saja. sedangkan Prabu Supala, patih Pancadnyana, Ditya
Maudara, Ditya Ancak Ogra, Ditya Yayahgriwa, Ditya Sinundha cuma bisa
ikutan diam sambil memandang kosong ke lantai. mereka sangat takut
melihat keadaan rajanya yang sedang bermuram durja. untuk memecah
kesunyian maka sang raja prabu sitidja berkata kepada patihnya prabu
supala:
“paman supala saya mengadakan pertemuan ini sengaja ingin membhas
masalah raden samba dan dhiajeng Hagnyanawati. dua orang itu sudah bener
bener kasmaran sampe dhiajeng Hagnyanawati dibawa pulang ke dwarawati.
maksud saya daripada didengar orang luar, mending adik saya samba saya
nikahkan dengan istri saya dhiajeng Hagnyanawati. lalu saya dudukan di
kerajaan trajutisna dengan baik baik”
“sebentar kanjeng prabu, bukankah kelakuan adik baginda samba itu
berarti telah berani melakukan tindakan mesum dan berkhianat kepada sang
prabu?barani mengambil istri paduka sebagai pacarnya?bukankah itu sama
dengan berani menginjak injak kepala sang prabu sendiri”
“tidak apa apa paman, karena samba itu adik saya yang paling saya
sayangi. karena itu saya akan mengirim utusan ke dwarawati yaitu maudara
dan ancak ogra untuk menghadap ke prabu kresna agar mau mengijinkan
membawa samba dan hgnywati untuk saya nikahkan di trajutisna.”
kemudian prabu sutidja memberikan perintah kepada maudara dan ancak
ogra untuk berangkat ke dwarawati untuk menghadap sri baginda kresna
ayahnya untuk menyampaikan keinginan prabu boma narakasura. maka maudara
dan ancak ogra segera berangkat.
di paseban agung kerajaan dwarawati. disana sang raja sri baginda raja
bhatara kresna sedang berdiskusi dengan patih udawa dan raden setyaki.
yang dibicarakan tidak lain adalah kelakuan raden samba yan telah
merusak pagar ayu dengan membawa istri saudaranya sendiri untuk
dijadikan sebagai kekasih. belum lama pembicaraan berlangsung datanglah
ditya maudara dan ancak ogra.
setelah datang dan saling beramah tamah mereka mengatakan tujuan
kedatanganya ke pada prabu kresna. lalu prabu bhatara kresna yang sudah
mengetahui akan jadi apa lelakon ini mengijinkan raden samba untuk
dibawa ke trajutisna. maka ditya maudara dan ancak ogra segera pamit
dengan membawa raden samba ke trajutisna.
setelah kedua utusan pamit, setyaki maju menghadap bhatara kresna dan matur:
” kakanda prabu kenapa kakanda ijinkan mereka membawa raden samba?iya
jika kedua utusan tadi berkata benar, bagaimana jika mereka berbohong
dan ingkar janji?di sana nantinya raden samba bukan akan dinikahkan mlah
akan dihukum?bagaimana kakanda prabu”
“wahai adiku setyaki, janagn berpikiran seperti itu. ingat semua itu
sudah diatur takdir. walopun digedong baja sekalipun, jika sudah saatnya
mati pasti terjadi. walopun dihujani tembakan peluru pun jika masih
belom waktunya pasti kan selamat. adi setyaki jangan ikut campur,
biarkan saja samba mau diapkan saja. yang jelas jangan sampe sitidja
melawan dan melibatkan orang yang tanpa dosa!!. jika itu dilakukan
apalagi melawan adi arjuna maka aku sendiri yang akan menghadapi sitidja
anaku. sekarang adi setyaki bubarkan paseban pertemuan ini. saya mau
tidur dan menenangkan hati”
diceritakan smapelah rombongan ditya maudara dan ancak ogra yang
mengiring jaka samba ditengah hutan. disana 2 rksasa ini gak menerima
kelakuan jka samba yang mengambil istri baginda rajanya. maka mereka
berdua menyiksa jaka samba. sehingga jaka samba menjerit kesakitan.
kebetulan saat itu datanglah arjuna yang kan menuju kerajaan dwarawati.
kaget hati arjuna mendengar jeritan dari raden samba.
karena kaget maka arjuna segera bertanya dan mencegat rombongan itu:
“kalo ga salah ini maudara dan samba. kenapa ini kok badan samba biru biru seperti ini?dan kalian hendak pergi kemana?”
maudara menjawab:
“kalo raden arjuna bertanya maka sebenarnya saya dan ancak ogra
menjalankan perintah kanjeng gusti sitidja untuk membawa anak mas raden
samba ke trajutisna untuk di nikahkan dengan dewi hagnyawati. nah kenapa
badan raden samba biru biru?karena kena duri dan onak di dalam hutan”
“apa benar seperti itu samba” tanya arjuna tidak percaya kepada samba.
“aduh paman itu tak benar, kenapa saya babak belur begini karena saya sebenernya digebuki oleh paman maudara dan ancak ogra”
karena marah maka maudara di tusuk oleh raden arjuna dengan pusaka
pulanggeni hingga tewas dan balik ke asalnya yaitu bangkai burung dara.
sementara ancak ogra diberikan surat tantangan yg ditulis arjuna untuk
sitidja. karena temen seperjalananya tewas segera ancak ogra
berlaripulang ke trajutisna. sementara raden samba dan dewi hagnywati
untuk sementara waktu dipersilahkan menginap di kasatrian madukoro.
di kerajaan trajutisna sedang duduk prabu sitdja diatas singgasana
dengan menhadap para bawahanya. tiba tiba datanglah ancak ogra dengan
ngos ngosan dan berdarah darah. prabu sitidja sangat marah membaca surat
tantangan. dan langsung menyerang madukoro. prabu sitidja naik diatas
garuda wilmuna sementara semua prajuritnya berbaris didaratan.
tetapi sebelum tanding dengan arjuna prabu sitidja hendak mencari
terlebih dahulu dimana raden samba yang menjadi pnyebab kejadian perkara
ini. sementara perang pun pecah. baladewa, arjuna, setyaki, gatotkaca
berperang melawan wadya bala dr trajutisna. perang besar pun pecah di
madukoro.
diluar terjadi perang besar sementara di dalamkesatrin madukoro 2
muda mudi sedang bermadu asmara. yaitu raden samba dan dewi hagnywati.
mereka berdua mabuk asmara bercumbu dan juga berpeluk peluk. apalagi
raden samba merasa pamanya arjuna merestui dan melindungi dirinya.
karena sedang asyik masyuk tak merasa ada endung yang tiba. itulah
garuda wiluma yang segera turun. dan kagetlah raden samba melihat
turunya garuda yang ditunggangi kakanya sitidja. segera raden samba
tergopoh gopoh menghaturkan sembah.
“sembah saya kepada kakanda prabu, saya tak menyangka kakanda prabu
sendiri yang akan datang kemari. mohon kakanda prabu mau memaafkan segla
kesalahan hamba”
prabu seitidja berkata
“iya adiku, sebenarnya aku kesini akan marah kepada di samba, tp melihat
adi seperti ini seolah hilang kemarahanku. sudahlah bukan watak
trajutisna untuk marah cuma gara gara wanita”
ketika naik kembali ke garuda prabu sitidja mendengar omongan togog yang berkata:
“bagaimana sih ndoro?bukankah ndoro itu hendak marah dan menjatuhkan
hukuman kepada samba yang telah merebut istri paduka?kenapa jadinya
ketika sudah ketemu orangnya malah batal begini?”
lalu tanpa peringatan karena sangat marah dari atas garuda prabu
sitidja melemparkan senjata limpung ke arah raden samba.sehingga lukanya
sekujur tubuh. kemudian mengingat perang trajutisna dan madukoro
terjadi karena samba plus melihat banyaknya mayat bergelimpangan.
kemarahan prabu sitidja semakin membara. di hancurkanya tubuh samba. di
robek mulutnya, dihancurkan hidungnya, tanganya dipatah dan dipuntir,
lalu mayatnya dijuwing juwing. melihat keadaan ini dewi hagnywati
menghunus patrem dan menusukan ke tubuhnya. ikut belapati.
sesudah itu prabu sitidja mengambil sisa mayat samba dan dilemparkan
ke medan perang. dan sang prabu menaiki garuda untuk mengejar jatuhnya
mayat. di medan perang para pandawa merasa sangat marah karena merasa
tak mampu menjaga kselamatan raden samba. arjuna segera membidikan
panahkyai sarotama yang di lepaskan ke leher prabu supala. dan tewaslah
seketika prabu supala.
sementara patih pancatnyana di gemplang senjata neggala oleh bladewa
dan tewas seketika. semua wadyabala trajutisna mulai habis di bantai
oleh gatokaca dan werkudoro serta setyaki. mengetahui ini segera prabu
sitidja maju perang. terjadi perang dahsyat antara arjuna dan prabu
sitidja. tetapi prabu sitidja punya ajian pancasona. mati 7 kali sehari
bisa hidup kembali. jd tak ada guna. ahirnya arjuna memilih keluar dr
perang dan bertapa lg dengan nama benggawan cipto ening
karena malu arjuna keluar dr perang dan memilih betapa menjadi
begawan cipto ening. mengetahui keluarnya arjuna maka para pndawa segera
mencari bantuan sri bhatara kresna. malah sri bhatara kresna tidur tak
bisa dibangunkan. bahkan diceritakan anaknya samba mati dijuwing juga
tak bangun. sri bhatara kresna hanya bangun ketika diceritakan arjuna
merasa malu dan keluar serta menghilang dr perang. rupanya sri bhatara
kresna mengunjungi ibunyi sitidja yaitu dewi pratiwi di kayangan sapta
pratala. di sana bhatara kresna menanyakan apa kelemahan sitidja. dei
pratiwi menceritakan:
“sitidja punya aji pancasona tak akan mati selama masih menyentuh
tanah. nah kelemahanya adalah sebuah anjang anjang besi. dalam episode
topeng waja terjadi perkelahian antara sutedja dan gatotkaca. dimana
topeng waja gatot di gemplang oleh senjata gamparan kencana milik
sutedja lalu terjadi salah kedaden. ahirnya topeng itu berubah wujud jd
anjang anjang besi di alas pramonokoti daerah pringgondani. itu
pengapesan dr anak saya sitidja”
ketika bngun prabu kresna segera bilang kepada gatotkaca:
“jika nanti mayat saudaramu sitidja jatuh, segera bawa kabur ke alas pramonokoti dan baringkan di anjang anjang besi”
“baik paman prabu” kata gatotkaca
kemudian sitidja yang sedang menaiki garuda wiluma sedang terbang
berputran di arena perang dilepasi senjata chakra oleh sri kresna.
ahirnya tubuhnya terbelah dan jatuh kebumi lalu segera dibawa terbang
oleh gatotkaca ke alas pramonoti dan diletakan di anjang anjang besi.
sehingga matilah sitidja karena tak menyentuh tanah. maka berahirlah
kisah perang gojali suta ini